Nama : Adhi Paska
NIM : 21090112140092
1. Beberapa Pengertian Dasar
Sampling :
Proses pengambilan atau memilih
n buah
elemen/objek/unsur
dari populasi yang berukuran N.
Misalnya memilih
sebagian murid SD
Negeri di Kota Bandung, dalam sebuah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui proporsi latar belakang tingkat pendidikan
orang tua dari seluruh murid SD Negeri di Kota Bandung.
Elemen :
Sesuatu yang menjadi obyek penelitian, dapat berupa orang atau benda yang dikenakan pengukuran. Misalnya: Mahasiswa Indonesia, Dosen Universitas Padjadjaran, SMA Negeri di Kabutaten Semarang.
Populasi (N) :
Kumpulan lengkap dari elemen-elemen yang
sejenis akan
tetapi dapat dibedakan
berdasarkan karekteristiknya. Misalnya Mahasiswa Indonesia dapat dibedakan berdasarkan variabel jenis
kelamin dengan karakteristik laki-laki dan perempuan, atau variabel IPK dengan karektaristik indeks antara 0-4.
Sample (n) :
Merupakan bagian dari populasi. Elemen anggota sampel,
merupakan anggota populasi dimana sampel diambil. Jika N banyaknya elemen populasi, dan n banyaknya elemen sampel, maka n < N.
Kerangka Sampel :
Adalah daftar yang memuat seluruh elemen/anggota populasi, sebagai dasar untuk penarikan sampel random.
Statistik :
Adalah bilangan yang diperoleh melalui proses perhitungan terhadap sekumpulan data yang berasal dari sampel.
Parameter :
Adalah bilangan yang diperoleh melalui proses perhitungan terhadap sekumpulan data yang berasal dari populasi.
2. Tipe Sampling menurut Proses Memilihnya
Sampling dengan Pengembalian :
Satuan sampling yang terpilih, “dikembalikan” lagi ke
dalam populasi (sebelum dilakukan kembali proses pemilihan berikutnya). Sebuah satuan sampling bisa terpilih
lebih dari satu
kali.
Untuk populasi
berukuran
N=4 dan
sampel berukuran n=2, maka sampel yang mungkin terambil adalah Nn = 42 = 16 buah sampel.
Teknik sampling
seperti
ini bisa
dikatakan tidak
pernah digunakan dalam suatu penelitian, hanya untuk keperluan teoritis yang berkatian dengan
pengambilan sampel.
Sampling tanpa Pengembalian :
Satuan sampling yang telah
terpilih, “tidak
dikembalikan”
lagi ke dalam populasi. Tidak
ada kemungkinan
suatu satuan
sampling terpilih
lebih dari sekali. Untuk populasi berukuran N=4 (misalnya A, B,
C, D)
dan sampel
berukuran n=3, maka sampel yang mungkin terambil ada 4 buah sampel yaitu
ABC, ABD, ACD, dan BCD.
Jumlah sampel mengikuti persamaan sbb:
N!
n! (N –n)!
3. Tipe Sampling menurut Peluang Pemilihannya
Sampling Non Probabilitas :
Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak
dilibatkan unsur peluang, sehingga tidak
diketahui
besarnya peluang sesuatu
unit
sampling terpilih ke dalam sampel. Sampling
tipe ini tidak
boleh dipakai
untuk menggeneralisasi
hasil penelitian terhadap populasi,
karena dalam penarikan
sampel sama sekali tidak ada unsur probabilitas. Dalam analisis selanjutnya
hanya diperkenankan
menggunakan analisis
statistika deskriptif, dan tidak boleh memakai alat analisis statistika inferensial, baik yang termasuk kelompok statistika parametrik maupun non
parametrik, sebab statistika inferensial pada
prinsipnya juga
harus melibatkan unsur probabilitas ketika kita melakukan
pengambilan sampel.
Termasuk Sampling
Non Probabilitas antara lain:
a.
Haphazard Sampling : Satuan sampling dipilih sembarangan atau seada-
nya, tanpa perhitungan apapun tentang derajat kerepresentatipannya. Misalnya ketika
kita akan melakukan
penelitian
mengenai kompetensi dosen di
sebuah Universitas, pertanyaan dapat diajukan kepada siapapun mahasiswa dari
universitas
tersebut
(sebagai
sampel)
yang kebetulan datang pada saat kita berada di sana untuk melakukan penelitian.
b.
Snowball Sampling : Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari
responden sebelumnya. Misalnya ada penelitian yang bertujuan untuk mencari cara yang efektif
dalam mensosialisasikan program-program
kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih Ketua BEM, kepada dia kita bertanya,
siapa lagi (sebagai
sampel ke-2)
yang kira-kira bisa diwawancara
untuk diambil pendapatnya, dan seterusnya hingga informasi dianggap memadai.
c.
Purposive Sampling : Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk
memperoleh
satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki.
Misalnya dalam sebuah penelitian pengelolaan pendidikan yang bertujuan untuk melihat
daya
saing SMA
dalam
kerangka
WTO, barangkali untuk
tahap awal akan lebih baik sampel dipilih dari
SMA yang memiliki nilai UAN baik, populer di masyarakat, serta kelulusan siswa masuk PTN cukup tinggi.
Sampling Probabilitas :
Dikenal pula
dengan
nama Random
Sampling. Pada
saat
memilih unit sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih
ke dalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan nol. Sampling tipe ini
bisa dipakai untuk
melakukan generalisasi
hasil
penelitian terhadap
populasi walaupun data yang didapat hanya berasal dari
sampel. Analisis tidak hanya menggunakan statistika deskriptif, juga
bisa
memakai statistika
inferensial baik yang termasuk kelompok statistika
parametrik maupun non parametrik.
Termasuk Sampling
Probabilitas antara lain:
a. Simple Random Sampling : Satuan sampling dipilih secara acak. Peluang
untuk terpilih harus diketahui besarnya, dan untuk tiap satuan sampling besarnya
harus sama. Misalnya ada sebuah penelitian mengenai “Model Pembiayaan Pendidikan Dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh
SD dan SMP yang ada di Jawa Barat. Terhadap
seluruh SD dan SMP tersebut dilakukan pemilihan secara
random tanpa melakukan
pengelompokkan terlebih dahulu, dengan demikian peluang
masing-masing
SD maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama.
b.
Stratified Random
Sampling : Populasi
dibagi
ke dalam sub
populasi
(strata), dengan tujuan membentuk sub
populasi yang didalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang
memiliki nilai variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif homogen). Selanjutnya
dari setiap stratum dipilih sampel melalui proses simple random
sampling. Misalnya dalam penelitian
yang sama seperti di atas, semua sekolah baik SD maupun SMP di
Jawa Barat diklasifikasikan atau distratifikasi
terlebih
dahulu
ke dalam sekolah
yang berbiaya mahal, sedang, dan
murah. Kemudian dari masing-masing
strata dipilih sekolah dengan teknik simple random sampling.
c. Cluster
Random Sampling. Populasi dibagi
ke
dalam satuan-satuan
sampling yang besar, disebut
Cluster. Berbeda
dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Pemilihan
dilakukan beberapa
tingkat: (1) Memilih kluster
dengan
cara
simple random sampling. (2) Memilih satuan sampling dalam kluster. Jika pemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.
Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di
atas, karena Jawa Barat sangat luas, dipilihlah kabupaten/kota tertentu sebagai sampel klaster ke-1
secara random. Dari tiap kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitu kecamatan-kecamatan tertentu dengan cara
random sebagai sampel
klaster ke-2. Selanjutnya dari
masing-masing
kecamatan dilakukan
pemilihan sekolah yang juga dilakukan secara random.
4. Proses Memilih Sampel Random
Kerangka Sampling :
Adalah daftar atau list yang berisi satuan-satuan sampling
yang ada dalam sebuah populasi. Dalam daftar tersebut setiap satuan sampling diberi nomor urut. Jika menggunakan Tabel Angka Random, lakukan penomoran sesuai dengan besarnya ukuran
sampel.
Misalnya jika jumlah
populasi ratusan, gunakan penomoran dengan tiga digit, bisa dimulai dari 001 dan seterusnya.
Cara Memilih Sampel :
Paling tidak ada 3 cara memilih sampel yang sering digunakan yaitu dengan
cara: (1) mengundi, (2) menggunakan Tabel Angka Random, dan (3) memakai
angka random yang ada
dalam Scientific Calculator. Dari segi kepraktisan akan sangat mudah jika digunakan kalkulator.
Dalam kalkulator terdapat tombol yang bernotasi “RAN#”.
Jika
tombol tersebut dipijit akan ke luar angka
per seribuan. Misalnya ketika kita
akan melakukan penelitian dengan jumlah populasi 500 sekolah. Semua sekolah harus dimasukan dalam kerangka sampling yang diberi nomor mulai dari 001,
002, …. 500. Untuk menentukan sampel ke-1 yang harus diambil pijit
timbol RAN# pada kalkulator, misalkan ke luar
angka
0,246, berarti sampel yang harus diambil pertama adalah yang bernomor urut 246, pijit lagi tombol RAN# misalkan ke luar angka 0,135 berarti
yang harus diambil sebagai sampel yang ke-2 adalah yang bernomor urut 135.
5. Menentukan Ukuran Sampel (=n)
Pertanyaan yang
sering diajukan oleh peneliti ketika akan melakukan penelitian adalah ”berapa besar sampel yang harus diteliti dari sebuah populasi?”, agar hasil
(berupa
data perkiraan) penelitian dapat mewakili atau merepresentasikan populasi. Data perkiraan (statistik) disebut mewakili jika
angkanya mendekati parameter. Jika parameter 100, 95 disebut lebih mewakili dibandingkan dengan 90.
Dalam menentukan besarnya sampel, hal-hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan adalah :
1. Parameter apa yang akan diteliti (misalnya rata-rata, proporsi)
2. Besarnya populasi (N) atau banyaknya elemen populasi yang akan diambil
sampelnya.
3. Berapa tingkat kepercayaan/keyakinan yang dipergunakan (1-a) untuk menjamin hasil penelitian agar kesalahan samplingnya tidak melebihi nilai tertentu (B = bound of error).
4. Bagaimana
tingkat variasi atau heterogenitas
populasi,
dimana
sampel akan diambil. Tingkat variasi
atau heterogenitas populasi biasanya
dinyatakan dengan s = standard error.
Dengan demikian,
untuk
menentukan besarnya sampel
(n)
perlu
diketahui angka-angka dari:
1. N = besarnya populasi.
2. s (standard error) atau s2
(varians) yang menggambarkan
heterogenitas populasi. Jika tidak diketahui bisa diperkirakan dari;
a. range = 4 s
(empirical rule)
b. kondisi atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
3. B = bound of error (kesalahan sampling tertinggi). Kesalahan sampling atau
sampling error = q -`q
4. Tingkat kepercayaan (1-a) atau taraf nyata (a)
5. D = dihitung berdasarkan B dan tingkat kepercayaan.
Misalnya untuk menghitung D yang
dipakai guna
menentukan jumlah sampel untuk
memperkirakan rata-rata dengan tingkat kepercayaan 95% adalah D = B2/4
yang berasal dari D = (B/ Za/2)2
Angka 4 diperoleh dari: Za/2 = Z0,05/2 = Z0,025 = 1,96 (didapat dari Tabel Z Distribusi Normal) dibulatkan = 2, (22 = 4)
Menentukan Ukuran/Jumlah Sampel (n) untuk Memperkirakan Rata-Rata
Populasi (m)
Akan dilakukan penelitian “Rata-Rata Biaya Pendidikan Dasar per Murid per Tahun di Provinsi Banten”. Banyaknya sekolah seluruh sekolah di provinsi tersebut dimisalkan ada
1.000
sekolah. Perbedaan rata-rata biaya pendidikan antara yang tertinggi dan yang terendah sebesar Rp 100.000. Bound of error atau kesalahan sampling tertinggi yang yang dikehendaki tidak lebih dari Rp
3.000. Tingkat kepercayaan yang digunakan 95%. Berdasarkan deskripsi kondisi di atas dapat ditentukan:
N = 1000
B = Rp 3.000
Range = Rp 100.000
4s = range (empirical rule)
s = range / 4 = 100.000 / 4 =
25.000
D = B2 / 4 (untuk menaksir rata-rata pada tingkat kepercayaan 95%)
= 3.0002 / 4
= 2.250.000
N x s2
n =
--------------------- (N-1) x D + s2
1.000 x 25.0002
n = ------------------------------------------- (1.000-1) x 2.250.000 + 25.0002
n =
217,56 = 218 (dibulatkan)
Ukuran/Jumlah Sampel (n) untuk Memperkirakan Proporsi/Persentase
Populasi
Akan diteliti “Berapa Besar Persentase Sumber Biaya Pendidikan SD Negeri yang Berasal dari PAD di Kabupaten Bandung”. Misalnkan seluruh SD Negeri yang ada di Kabupaten Bandung berjumlah 2000 sekolah. Bound of error
atau kesalahan sampling
tertinggi yang dikehendaki
tidak lebih dari
5 persen. Tingkat kepercayaan yang digunakan 95%.
Berdasarkan deskripsi kondisi
di atas dapat ditentukan:
N = 2.000
B = 5% = 0,05
P=Q = 0,5 (perkiraan
proporsi
yang
moderat, jika proporsi populasi
tidak diketahui)
D = B2 / 4
(untuk menaksir
persentase pada
tingkat kepercayaan
95%)
= 0,052 / 4
= 0,000625
N x P x Q
n = --------------------- (N-1) x D + P x Q
2.000 x 0,5 x 0,5
n = --------------------------------------------- (2.000-1) x 0,000625 + (0,5 x 0,5)
n =
333,56 = 334 (dibulatkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar